31 October 2010

Adit Di Usia Sepuluh Bulan

Sebentar lagi Adit akan genap berusia setahun, namun ia  masih belum juga tumbuh gigi kendati sudah ada tanda-tanda. Beragam kisah hadir menemani di bulan ini mulai dari prilaku lucu yang baru hingga kisah mengalami derita sakit.

Perilaku lucu masih mewarnai hari-harinya. Rasa kangen serta sayang menyatu tatkala berada jauh darinya. Perbedaan  tempat aktifitas  yang membuat intensitas ketemu dua kali dalam seminggu dengan si kecil masih menjadi kendala.

Jarak Denpasar - Negara akan terasa sangat jauh disaat merindukannnya. Sebagai pengobat rasa rindu, beberapa rekaman video atau foto yang tersimpan di handphone menjadi peneman tatkala sedang sendiri.

Hari demi hari ada saja perilaku baru muncul, seperti terakhir ia sudah bisa menirukan suara anak sapi. Jika di tanya…?

suara sapi keken dit? Artinya suara anak sapi gimana dit?

Dengan lugu ia meniru dengan cara menahan suara didalam kerongkonganya,

Begitu juga halnya dalam menirukan suara anak babi sedang makan, ia akan meniru dengan cara membuka dan menutup kedua bibirnya dengan cepat dan terus-terusan.

Selain itu akhir- akhir ini ia lebih aktif bergerak merangkak, ketika di gendong tanpa peduli ia meronta untuk dibebaskan dari pelukan namun setelah dilepas ia akan bergerak sebebas ia inginkan dan berusaha meraih benda yang ada disekeliling bahkan memasukan benda kecil ke dalam mulut kecilnya.

Di tempat tiduran ia sudah hafal dengan medan naik- turun. Sekarang tehnik turun dari tempat tidur sudah hampir sempurna ia peragakan. Disaat akan turun ia telebih dahulu menopang tubuhnya di pinggir dipan, sementara  salah satu kakinya perlahan ia turunkan, setelah yakin kedua kakinya sudah berpijak baru dengan pelan ia menurunkan tubuhnya. Ia pun sampai melakukannya berulang-ulang bahkan dengan gerak cepat.  

Ia sudah bisa merespon reaksi kedua orang tuanya. Disaat kedua orang tuanya berantem ia hanya bisa terdiam mengamati prilaku orang tuanya. Setelah beberapa menit tidak di respon lantas ia menangis sekencang-kencangnya sebagai teguran agar menghentikan pertengkaran, spontan saja kami langsung menyudahi persengitan tadi.

Sedihnya, diakhir bulan ini ia mengalami sakit. Sakit yang ia alami mulai dari batuk, panas hingga munculnya benjolan di bagian belakang leher. Benjolan itu klo bahasa bali atau orang tua dulu menyebutnya dengan istilah sawan. Kalau panas tinggi sawan kian membesar yang  mengakibatkan si kecil kejang. Saat seperti ini pertolongan yang cepat sangat dibutuhkan

Pengalaman sawan hingga mengakibatkan kejang dan mulut tertutup  rapat juga pernah di alami ayahnya dulu waktu kecil. Mulut tertutup rapat sampai akhirnya di bantu orang lain untuk membukakan dengan sendok makan. Neneknya Adit kembali mengisahkan perihal sejarah ayahnya dulu.

Kekhawatiran pun muncul, kami pun senantiasa selalu memantau kondisi tubuh si kecil agar pengalaman yang pernah dialami sebelumnya agar tidak terulang kembali terhadap si kecil.

Upaya pengobatan secara  traditional pun pernah dijalani dua kali. Orang yang kami percayakan dalam pengobatan ini adalah Mbah Dasaran. Beliau masih ada ikatan keluarga dari pihak istri. Keahliannya mengobati seseorang atau anak kecil sudah lumayan di kenal orang.

Tidaklah jauh untuk menjangkau rumahnya. Kami masih tinggal satu desa yakni desa Gumbrih. Cukup menuju kearah utara rumah melewati areal persawahan dikedua sisi jalan beraspal serta jalanan yang lumayan menanjak. Suguhan berupa pemandangan pantai dari ketinggian akan jelas terlihat dari depan rumah Mbah Dasaran.

Di pengobatan pertama saya tidak turut hadir  lantaran masih di Denpasar, menurut keterangan bunda dan kakeknya yang saat itu mengantarkan Adit, nampak menangis sekencang-kencangnya menjalani proses pengobatan yang dilakukan Mbah Dasaran.

Bundanya merasa iba tatkala melihat si kecil yang biasanya ceria lantas dilihatnya menangis dan meronta dengan suara serak menahan sakit dan rasa takut menyatu . Melihat keadaan si kecil seperti itu bundanya sempet menitikan air mata yang berlinang.

Saya akhirnya menyempatkan ikut di hari kedua karena saat itu bertepatan dengan hari libur. Sesaat setelah datang dari Denpasar saya langsung mengajaknya kembali ke tempat Mbah Dasaran.

Di tempat inilah Adit dipijat yang sebelumnya diolesi minyak mukjizat dari ramuannya Mbah Dasaran. Pijatan di fokuskan ke bagian benjolan yang terletak di belakang leher di kedua sisi. Sedari awal ia sudah terlihat menangis sekencang-kencangnya. Kami pun hanya melihat penuh rasa pedalem ( kasihan ).

Keringat dingin pun mengalir sampai ke telapak kakinya. Setelah yakin bahwa keringat telah keluar dari tubuhnya baru si Mbah menghentikan pijatan terhadap si kecil. Sekitar 5 menit Mbah Dasaran melakukan gerakan memijat yang disertai tangis Adit.

Selain cara traditional cara medis juga dilakukan keseokan harinya. Saya bertiga menuju rumah sakit di tempat di mana Adit dilahirkan dulu yakni rumah sakit Bunda- Negara. Dalam hal ini yang difokuskan yakni sakit batuknya yang belum kunjung hilang serta suara bengek yang membuatnya gelisah disaat tidur.

Nah, dalam hal sakit yang satu ini  tidak telepas pula dari latar belakang sejarah kesehatan bundanya, tentunya bundanya konon demikian, Ia mengaku kalau dulu waktu kecil keadaan sesak jelas terdengar disaat tidur.

Jadi masing-masing sakit yang dialami Adit tidak terlepas dari sejarah sakit yang pernah dialami kedua orang tuanya dulu. Syukurnya tidak sampai separah dengan orang tuanya dulu.

Hinga tulisan ini muncul keadaan terakhir Adit sudah agak baikan kendati belum maksimal terutama benjolan belakang leher. Untuk mengetahui perkembangan karena terpisah oleh jarak saya sekali-sekali menyempatkan untuk berkomunikasi via telpon. Mendegar candanya melalui telpon membuat semangat baru bertambah.

Berikut saya tampilkan rekaman melalui ponsel tentang Adit dipijat secara traditional yang diambil dari  situs You Tube.






No comments:

Post a Comment